Tidak selamanya yang pahit terasa pahit meskipun rasanya memang pahit

Udara malam ini cukup sejuk, tetapi tidak cukup sejuk untuk menyejukan hatiku. Langit malam ini penuh dengan bintang bagaikan kismis yang ditabur di martabak spesial kismis. Namun, aku tidak menemukan sang dewi malam, sang rembulan yang biasa menyinari bumi di malam hari. Tanpa bulan rasanya malam ini kurang lengkap, bagaikan ketan bakar tidak pakai sambal oncom. Layaknya malam ini ada sesuatu yang kurang lengkap yang aku rasakan.
Terpuruk dalam kegelapan yang membutakan. Menghilangkan setiap perasaan dalam diri. Perasaan yang membuat bingung setiap manusia yang merasakan. Sebuah perasaan yang memiliki kemampuan untuk membuat manusia tertawa, bahagia, haru, sedih, menangis, bingung bahkan membuat gila. Mungkin akibat perasaan ini membuat hati redup bagai malam tanpa bulan. Perasaan yang membuat manusia bisa menjadi sakti, kuat, lemah, dan terpuruk. Teringat sebuah lirik lagu “Demi Cinta yang membara ku rela menggenggam bara api” inilah efek dari perasaan ini, dari manusia biasa menjadi manusia hebat dan sakti karena rela untuk menggenggam bara api yang tentunya itu sangat panas, mungkin dengan perasaan itu panas tidak akan terasa panas meskipun kenyataannya panas.
Saat ini aku mulai dilanda kebosanan, tunduk terhadap perasaan yang tidak menentu ini, yang membawa aku dalam keterpurukan. Aku tidak ingin terjerembab ke lubang yang lebih dalam. Terjatuh pasti terjadi, tetapi keinginan untuk bangkit atau hanya diam di tempat dan menunggu dewa penolong yang datang atau bahkan mati di tempat adalah sebuah pilihan. Dan saat ini aku memilih untuk bangkit dari keterpurukan ini. “Show Must Go On” masih banyak hal yang lebih berarti yang dapat kita lakukan, daripada berdiam diri dalam keterpurukan. Hidup ini keras bung, jangan mengeluh, terus semangat menjalani hidup yang penuh dengan warna ini. Bersyukur membuat segala yang terjadi terhadap kita membuat hidup ini terasa nikmat. Bagai makan gehu si babeh yang gosong dan rasanya pasti pahit akan terasa enak ketika kita menikmatinya meskipun rasanya tetap pahit.
Jadi, tidak selamanya hidup ini redup dan pahit . . . .

(Diketik di komputer server warnet Sawargi. Malam Minggu yang ternyata sudah hari Minggu, 25 Maret 2012 pukul 00.30 WIB. mendengarkan lagu “Sik Asik-Ayu Ting-ting”. Dengan keadaan setengah mimpi, punteun upami teu nyambung maklum tunduh tapi na hayang ngetik)

Related Post



Posting Komentar