Hujan, Rindu, dan Sebuah Kisah



Hujan tak henti-hentinya membasahi bumi
Layaknya sang rindu yang tak pernah selesai
Rindu yang tertawan dalam sebuah kotak
Penuh dengan berbagai asa dan alasan 

Hujan ini semakin membuatku basah
Basah dengan semua rindu
Rindu yang tersembunyi dalam tawa
Berharap alasan itu tetap ada 

Hujan semakin deras 
Membuatku hanyut terbawa arus 
Mungkin terdampar dalam batuan
Mungkin hingga ke samudera luas 

Kali ini aku terjebak dalam sebuah kisah, yang tidak jelas alurnya seperti apa. Dengan tokoh-tokoh yang misterius. Sulit untuk keluar dari kisah ini, layaknya buku tanpa halaman. Kubiarkan diriku menikmati kisah-kisah ini, menanti sebuah titik terang dari setiap lembar-lembar kertas yang kusam. Kejelajahi setiap struktur huruf dalam kisah ini, kata demi kata, kalimat demi kalimat, hingga paragraf demi paragraf yang ada. Ingin rasanya aku menuliskan sebuah kalimat dalam kisah ini, namun tak ada kuasa untuk melakukannya. Kisah ini semakin menguasai setiap aspek dari hidupku.

 Dan sekali lagi kucoba untuk menikmati alur kisah ini, aku pikir setiap kisah akan berakhir bahagia. Hal itu tidak berlaku dalam kisah ini . . . 

Kisah Sebungkus Keripik



Siang ini 20 Desember 2012, mendapat inspirasi dari sebuah ruangan rahasia untuk membuat sebuah cerita pendek yang sangat pendek. Diketik jam 14.54-15.06 WIB di lantai dasar Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Sambil ngecharging netbook milik kawanku Sutanto Atmosfver.           

“KISAH SEBUNGKUS KERIPIK”

Tadi malam aku bersama kawanku berkunjung ke kosan teman yang tidak jauh dari kampus. Biasalah mencari sesuatu yang tidak ada, siapa tau banyak makanan yang bisa aku cicipi disana. Benar dugaanku disana ada beberapa jenis makanan yang bisa kumakan. Salah satunya adalah sebungkus kiripik singkong pedas, lupa lagi apa merk kiripik tersebut yang jelas tertulis kata “pedas” berwarna hijau  dibungkus plastiknya.
                Isinya sudah tak lagi penuh, mungkin tinggal sepertiganya saja dan diikat oleh sebuah karet. Warna keripik itu coklat kemerahan bertabur bumbu cabe yang jelas begitu pedas rasanya. Mereka seakan berteriak memanggil meminta untuk dimakan. Mau gimana lagi, aku tak kuasa menolak permintaan kiripik-kiripik tersebut. Kumakan satu-persatu, huap demi huap hingga mulai mengucur keringat dan cairan dari hidungku.
             Godaan rasa pedas itu memang sulit untuk dihindari, meskipun pedas tapi tetap saja kulahap dengan nikmatnya. Dan tanpa terasa mereka sudah habis kumakan dengan hanya menyisakan bungkusnya saja. 

Dua belas jam kemudian
                Aku mulai sering pergi ke sebuah ruangan rahasia yang ada di kampusku. Mereka seakan tertawa terbahak-bahak dalam perut ini. “gara-gara keripik aku perutku jadi sakit” keluhku dalam hati saja, pura-pura tidak terjadi apa-apa. Tak lama kemudian “salah siapa makan gue sampai habis sebungkus, udah tau gue itu pedas masih saja dimakan” ujar si keripik membela diri.

Sebuah Pengantar

Setelah sekian lama tak menulis, entah mengapa malam ini muncul dorongan hebat dari relung-relung hati yang terdalam. Berbeda dengan tulisan sebelum-sebelumnya, kali ini ingin sekali menumpahruahkan isi kepala ini dalam sebuah coretan yang mugkin bisa disebut sebuah puisi. 

Bukan karena ingin beralih profesi menjadi seorang penyair. Hanya saja akhir-akhir ini alur kehidupan ini selalu dipenuhi dengan kehadiran partikel-partikel semu yang begitu indah, mewarnai setiap bagian dari aktivitas-aktivitas kehidupan. Mengalunkan nada-nada merdu membentuk simponi kehidupan.

Ini hanyalah pengantar menuju sebuah harapan. Untuk kamu yang selalu membalas dengan senyum. Kamu makhluk yang diciptakan begitu indah oleh Tuhan Yang Maha Indah. 

Semua Tentangmu

Ini semua tentangmu yang jauh disana
Tentangmu yang hanya bisa kulihat
Tentangmu yang hanya bisa kudengar
Tentangmu yang selalu memberikan senyum

Ini tentangku yang selalu merindukanmu
Tentangku yang selalu membayangkanmu
Tentangku yang selalu ingin mengetahui keadaanmu
Tentangku yang selalu mengharapkan senyummu

Ini semua tentang keyakinan & keberanian
Tentang keindahan & ketulusan
Tentang kesabaran & harapan
Tentang kamu dan senyummu :)


*Soundtrack
Alam Surga - Kedjawen \m/
"Seindah ombak laut selatan di malam nan damai
Aku melihat senyummu"

Menjadikan Kereta Api Sebagai Tulang Punggung Transportasi di Indonesia

Kereta api merupakan moda transportasi massal dengan berbagai keunggulan yang dimiliki oleh kereta api dari tarifnya yang murah, dapat mengangkut banyak penumpang, kecepatan dan ketepatan waktunya. Sudah seharusnya kereta api menjadi tulang punggung transportasi di Indonesia seperti di beberapa negara yang menjadikan kereta api sebagai moda transportasi yang utama, seperti negara Jepang dengan Shinkanshennya. Namun, pada kenyataannya kereta api dengan berbagai permasalahan di dalamnya mulai kalah pamor dibanding dengan moda transportasi yang lain.


Kereta Api dengan berbagai masalahnya
Berbagai masalah muncul pada moda transportasi kereta api ini. Dari mulai kurangnya armada, ketepatan waktu yang dipertanyakan, hingga ketertiban, kenyamanan dan keamanan penumpang.
Kereta api ekonomi yang menjadi primadona karena harga tiketnya yang murah, sehingga banyak masyarakat menggunakan kereta api kelas ini. Banyaknya penumpang tidak seimbang dengan jumlah armada rangkaian kereta api yang ada. Banyaknya penumpang yang tidak terangkut menyebabkan sebagian dari mereka nekat untuk naik di atap gerbong. Tentunya ini sangat berbahaya, bagi para penumpang terkadang mengganggu perjalanan kereta api itu sendiri. Para penumpang seperti itu nekat karena mereka takut terlambat masuk kerja atau sekolah dan berbagai kepentingan lainnya. PT. Kereta Api mulai kehabisan akal dalam mengatasi penumpang yang berada di atap gerbong. Dari mulai teguran, semprotan cat, penghalau koboy, bola-bola beton hingga mendatangkan ustad untuk memberi ceramah para penumpang akan bahaya naik di atap gerbong. Solusi terbaik dalam masalah ini adalah menambah jumlah armada rangkaian kereta api.
Satu masalah akan memunculkan berbagai masalah lain. Berdesak-desakan dalam gerbong merupakan hal yang biasa pada kereta api kelas ekonomi. Tidak jarang berbagai tindak kejahatan terjadi dari mulai pencopetan hingga pelecehan. Harga tiket yang murah bahkan bisa “naik dengan percuma” harus ditukar dengan kurangnya keamanan dan kenyamanan para penumpang.
Masalah lain yang dialami adalah banyaknya keterlambatan perjalanan. Keterlambatan ini akibat dari gangguan persinyalan, mesin lokomotif dan berbagai sarana kereta api. Kereta api yang merupakan warisan Belanda pada masa penjajahan, sehingga banyak sarana prasarana kereta api telah berusia tua bahkan tidak sedikit yang mulai usang, dari mulai lokomotif, gerbong, sistem persinyalan, rel hingga jembatan. Bila semua sarana pendukungnya bagus perjalanan kereta api akan lancar dan tepat waktu sesuai jadwal. Apabila satu rangkaian kereta api terganggu atau mogok, maka perjalanan rangkaian kereta lainnya juga akan terganggu karena hanya satu rel saja yang bisa dilewati.
Kereta api kelas ekonomi yang mengangkut 80% dari keseluruhan pengguna jasa kereta api harga tiketnya di bawah biaya operasional. Seharusnya harga tiket kereta bisa digunakan untuk biaya operasional dan biaya perawatan. Untuk menutupi itu pemerintah mengeluarkan subsidi sebagai kewajiban pelayanan umum. Pada kenyataannya anggaran subsidi yang dikeluarkan pemerintah masih jauh dari cukup, sehingga PT. KA menyiasatinya dengan berbagai cara seperti dengan menunda pembaruan dan perawatan sarana pendukung, selama itu masih bisa dipakai padahal sudah tidak layak pakai. Biaya yang seharusnya dipakai untuk pengadaan armada rangkaian kereta baru terpakai untuk menambah kekurangan biaya perawatan. Pemerintah semestinya meningkatkan subsidi ini untuk biaya perawatan sarana pendukung kereta api. Solusinya mesti ada perawatan dan pembaruan untuk berbagai sarana pendukung kereta api. Tentunya ini akan membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Kereta api kelas bisnis tidak seberuntung kelas ekonomi yang memiliki banyak pengguna. Harga tiket yang tinggi sementara fasilitas tidak jauh berda dengan kelas ekonomi dan ketepatan waktu yang diragukan membuatnya kurang diminati. Terbukti dengan dikuranginya rangkaian perjalanan kelas bisnis pada kereta api Argo Parahyangan jurusan Bandung-Jakarta maupun sebaliknya. Dan juga akan dihapusnya perjalanan kereta api Mutiara Selatan jurusan Bandung-Surabaya dan sebaliknya jika okupansi penumpangnya tidak meningkat.
Berkurangnya minat masyarakat dalam menggunakan jasa kereta api meningkat semenjak banyak dibangun jalan tol. Sehingga masyarakat beralih menggunakan moda transportasi roda karet karena harganya terjangkau dan waktu perjalanan yang tidak jauh berbeda dengan kereta api.
Sepertinya PT. Kereta Api selaku satu-satunya pengelola moda transportasi ini tidak berbuat banyak terhadap masalah diatas, tidak adanya persaingan membuatnya seperti berleha-leha membuat perubahan. Tidak seperti moda transportasi roda karet, banyaknya perusahaan bus membuat persaingan semakin ketat dan berbagai inovasi dibuat oleh satu perusahaan agar tidak kalah dengan perusahaan lainnya. Dengan meningkatkan kenyamanan dan menambahkan berbagai fasilitas didalamnya. Sekarang di dalam bus sudah banyak yang dipasang Wi-Fi.
Kesadaran masyarakat sebagai pengguna jasa kereta api juga penting. Patuhi segala aturan yang ada. Untuk meningkatkan ketertiban sehingga tercipta kenyamanan dalam berkereta api. Kesadaran untuk membeli tiket untuk keberlangsungan kereta api. Kereta api ada dan dibiayai dari tiket yang dibeli.


Kereta Api dapat mengatasi berbagai masalah
Meningkatnya pengguna kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat, tidak sebanding dengan pertumbuhan jalan raya. Sehingga masalah kemacetan terjadi dimana-mana. Jika dibiarkan terus-menerus ini akan menjadi masalah yang besar. Untuk mengatasinya, kereta api sebagai transportasi massal dapat menjawab berbagai permasalahan yang ada.
Kereta api sebagai transportasi massal bisa mengangkut hingga ratusan penumpang. Bayangkan jika para pengguna kendaraan beralih menggunakan kereta api. Ini akan mengurangi jumlah kendaraan yang ada tentunya ini akan mengurangi kemacetan. Tidak hanya itu, masalah pencemaran udara akan berkurang. Bandingkan asap knalpot dari 200 motor, dengan asap dari satu rangkaian kereta api. Ini akan memperbaiki kualitas udara terutama di kota-kota besar.
Hal diatas dapat dilaksanakan apabila PT. KA serius mengelola moda transportasi massal yang memiliki banyak peluang ini. Perbaikan sarana dan pelayanan, berbagai inovasi dilakukan untuk menarik masayarakat untuk menggunakan moda transportasi kereta api.
Peran pemerintah juga dibutuhkan dalam hal ini. Saat ini pemerintah hanya mengembangkan sarana transportasi berupa jalan raya terutama jalan tol. Padahal pembangunan jalan tol dimana-mana akan meningkatkan jumlah pengguna kendaraan roda karet. Seandainya pemerintah serius mengembangkan dan meningkatkan sarana jalan rel, menjadikan kereta api sebagai moda transportasi yang utama. Dengan berkurangnya pengguna kendaraan bermotor maka akan berkurang juga konsumsi BBM yang juga disubsidi oleh pemerintah. Dengan kata lain pemerintah bisa menghemat subsidi BBM atau subsidi tersebut bisa dialihkan untuk perawatan peningkatan sarana pendukung kereta api, menambah jumlah armada lokomotif, gerbong, dan segala keperluan lainnya. Jika perlu dibangun jalur-jalur baru yang menghubungkan tempat-tempat yang strategis. Berbagai perubahan dan perbaikan akan membuat perjalanan kereta api aman, nyaman, lancar dan tepat waktu sehingga tumbuh kepercayaan dari masyarakat untuk beralih menggunakan kereta api.
Yang paling penting adalah dukungan dari masyarakat itu sendiri sebagai pengguna jasa kereta api. Menghargai, merawat, dan tidak merusak kereta api sebagai fasilitas publik. Karena masyarakat sendirilah yang menentukan berlanjut atau tidaknya keberlangsungan hidup moda tranportasi kereta api.
Semoga dengan perkembangan pesat moda transportasi kereta api, berkembang pesat pula negara Indonesia. Seperti negara Jepang yang maju dengan kereta Shinkanshennya.

Tidak selamanya yang pahit terasa pahit meskipun rasanya memang pahit

Udara malam ini cukup sejuk, tetapi tidak cukup sejuk untuk menyejukan hatiku. Langit malam ini penuh dengan bintang bagaikan kismis yang ditabur di martabak spesial kismis. Namun, aku tidak menemukan sang dewi malam, sang rembulan yang biasa menyinari bumi di malam hari. Tanpa bulan rasanya malam ini kurang lengkap, bagaikan ketan bakar tidak pakai sambal oncom. Layaknya malam ini ada sesuatu yang kurang lengkap yang aku rasakan.
Terpuruk dalam kegelapan yang membutakan. Menghilangkan setiap perasaan dalam diri. Perasaan yang membuat bingung setiap manusia yang merasakan. Sebuah perasaan yang memiliki kemampuan untuk membuat manusia tertawa, bahagia, haru, sedih, menangis, bingung bahkan membuat gila. Mungkin akibat perasaan ini membuat hati redup bagai malam tanpa bulan. Perasaan yang membuat manusia bisa menjadi sakti, kuat, lemah, dan terpuruk. Teringat sebuah lirik lagu “Demi Cinta yang membara ku rela menggenggam bara api” inilah efek dari perasaan ini, dari manusia biasa menjadi manusia hebat dan sakti karena rela untuk menggenggam bara api yang tentunya itu sangat panas, mungkin dengan perasaan itu panas tidak akan terasa panas meskipun kenyataannya panas.
Saat ini aku mulai dilanda kebosanan, tunduk terhadap perasaan yang tidak menentu ini, yang membawa aku dalam keterpurukan. Aku tidak ingin terjerembab ke lubang yang lebih dalam. Terjatuh pasti terjadi, tetapi keinginan untuk bangkit atau hanya diam di tempat dan menunggu dewa penolong yang datang atau bahkan mati di tempat adalah sebuah pilihan. Dan saat ini aku memilih untuk bangkit dari keterpurukan ini. “Show Must Go On” masih banyak hal yang lebih berarti yang dapat kita lakukan, daripada berdiam diri dalam keterpurukan. Hidup ini keras bung, jangan mengeluh, terus semangat menjalani hidup yang penuh dengan warna ini. Bersyukur membuat segala yang terjadi terhadap kita membuat hidup ini terasa nikmat. Bagai makan gehu si babeh yang gosong dan rasanya pasti pahit akan terasa enak ketika kita menikmatinya meskipun rasanya tetap pahit.
Jadi, tidak selamanya hidup ini redup dan pahit . . . .

(Diketik di komputer server warnet Sawargi. Malam Minggu yang ternyata sudah hari Minggu, 25 Maret 2012 pukul 00.30 WIB. mendengarkan lagu “Sik Asik-Ayu Ting-ting”. Dengan keadaan setengah mimpi, punteun upami teu nyambung maklum tunduh tapi na hayang ngetik)

Cerah tapi mendung

Sore yg cerah ini mendadak mendung. Entah tidak tahu kenapa. Hidup ini memang sulit ditebak, penuh misteri juga teka-teki, dan membuat pusing. Terkadang indah layaknya sang penari yang menarikan tariannya dengan gemulai, adakalanya bagaikan bagaikan supir angkot yang mengendarai angkot dengan ngebut dan ugal-ugalan karena angkotnya tidak berisi penumpang.

Hidup ini bagaikan dua sisi surabi. Yang satu putih enak dimakan. Satu sisi lain hitam kelam tutung, dan pahit bila dimakan tapi ada juga yang suka makan bagian yang tutung ini.

Hidup ini keras bung! Penuh dengan perjuangan. Ketika ingin mendapatkan sesuatu kita akan berjuang hidup-hidup untuk mendapatkannya. Termasuk mendapatkan sesuatu yang telah dimiliki orang lain, terkadang aku sebagai manusia selalu iri ketika manusia lain memiliki sesuatu dan ingin mendapatkannya. Kenapa jadi membicarakan sesuatu yang aku tak memilikinya.
Hari ini hari yang sangat sibuk penuh dengan aktivitas, berjalan dari ujung ke ujung, memikul beban ringan hingga berat. Semuanya kukurjakan dengan semangat karena ini membuatku bahagia.

Menjelang akhir siang ini aku mendapatkan sebatang rokok. Sambil berjalan dari depan kampus ke belakang fakultas kunikmati setiap hisapannya. Saking menikmatinya kuhisap sampai ujung rokok, kebetulan rokoknya tidak berkapas. Ujung bibirku terbakar dan sangat membuatku tidak nyaman.

Sekian buat hari ini, hatiku merasa sangat senang meski bibirku sedikit terbakar.

Malam ini akan kembali penuh dengan aktivitas. Selamat bekerja kawan, selamat menikmati malam yang panjang ini. Kurasa akhir dari catatan ini agak kurang nyambung. Tapi tak apalah . . .

Terima kasih kepada kawanku yang telah meminjamkan handphone Nokia E63 nya yang digunakan untuk membuat tulisan ini. Diketik di depan BRI depan kampusku malam ini tanggal 27 Februari 2012 sekitar jam setengah 7 malam.

Bus Cinta

Judulnya asa gak enakeun, tapi mau bagaimana lagi. Kali ini aku akan membahas itu. Antara bus dan cinta. Dari hasil memikirkan perjalanan yang aku lakukan tadi siang. Setidaknya aku menemukan adanya beberapa hubungan antara bus dengan cinta. Bus itu hanyalah sebuah alat transportasi yang sangat penting bagi segelintir manusia, tapi tekadang bus banyak yang tidak suka. Cinta adalah sebuah rasa. Rasa yang mungkin setiap manusia memilikinya. Susu ada yang rasa coklat, stroberi, atau melon, adakah susu rasa cinta. Sudahlah jangan memikirkan rasa, sekarang aku ingin menceritakan tentang bus dengan cinta.

Hari sabtu ini hanya ada satu mata kuliah yaitu “Stand up comedy”. Kawan-kawan ku banyak yang absen hari ini. Yang hadir bisalah dihitung dengan jari (jari-jari kaki dan jari-jari tangan). Selesai kuliah aku berniat langsung pulang ke rumah, jadi gak banyak mampir sana-sini. Berjalan dari gedung Zet sampai ke pintu gerbang kampusku sudah biasa setiap harinya. Bertemu dengan kawan-kawanku yang sedang berteduh dibawah pohon dekat papan panjat. Diantara mereka memegang susu murni yang dibeli dari pasar yang ada di kampusku. Ternyata aku haus, kupinta dan kuminum susu rasa susu sapi (bukan susu rasa cinta). Setelah itu aku pamitan kepada mereka untuk melanjutkan perjalanan.

Mampir dulu ke warung untuk membeli roti berselai coklat (bukan juga berselai cinta) dan air mineral buat bekal di perjalanan. Aku berdiam sambil duduk di pinggir jalan depan kampus dekat tukang es kelapa untuk menunggu bus yang tak kunjung datang.
“Cinta itu bagaikan bus Bandung-Cirebon. Ketika ditunggu-tunggu ia tak kunjung datang.”

Akhirnya datang juga bus ekonomi “Sahabat” jurusan Bandung-Cirebon. Aku lambaikan tanganku untuk menyetop bus yang melaju cukup kencang itu. Aku pun berlari mengejar bus yang terus melaju. Hingga akhirnya berhenti juga.
“Cinta pun demikian ketika dia datang butuh perjuangan untuk mendapatkannya”

Beruntung kali ini. Busnya memutar film box office yang biasa ditayangkan di bioskop-bioskop. Kali ini ditayangkan dalam bus dari sekeping DVD (pasti bajakan yakin itu pasti bajakan) melalui DVD player bermerk “Mi*o”. Aku pun duduk manis menyaksikan film itu, jarang-jarang lho di bus muter film, biasanya kan dangdut its music my country. Tempat duduk yang begitu nyaman, terkadang gak nyaman juga ketika supirnya ugal-ugalan, atau pun jalan yang berliku dan berlubang.
“Persis dengan cinta yang kadang kita sangat nyaman, tapi kadang kita dibuat pusing olehnya”

Ini yang aku perhatikan. Bus ini menuju satu tujuan, diperjalanan dihiasi oleh penumpang yang turun/naik. Terkadang ada penumpang yang tidak naik karena beda tujuan. Dan penumpang yang naikpun tidak semuanya menuju tujuan terakhir perjalanan bus ini. Pasti ada yang turun ditengah perjalanan.
“Cinta pun dalam perjalanannya akan ada orang-orang yang menghiasi hidup cinta tersebut. Ada yang selaras ada yang tidak. Yang selaras dia akan mengikuti kemana cinta itu berkelana, terkadang dia akan berhenti ditengah jalan karena merasa tidak selaras. Dan sejatinya cinta itu yang selaras sampai kemana tujuan akhir dari cinta itu menepi”

Film box officenya tamat, dan sudah kuduga dilanjut dengan dangdut lagi . . . dan aku pun tertidur lagi . . .

dan Satu lagi

“Cinta itu bagai tutup pentil ban bus yang selalu berputar ketika berjalan. Kadang ada diatas kadang ada dibawah...”

Perjalanan pulang Bandung-Cisalak 25 Februari 2012. Dalam bus “Sahabat” jurusan Bandung-Cirebon dengan ongkos 20 ribu kembalian 10 ribu plus bonus film Apocalypto . . . .

Ketikan Perjalananku Minggu, 19 Februari 2012

Sore ini aku harus kembali ke Bandung. Kota dengan segunduk aktivitas yang menantiku. Berbekal do'a & "bea" dari kedua orangtuaku, aku duduk di bangku kayu depan kios rokok yang tutup (teuing kunaon) menunggu datangnya bis yang akan mengantarku sampai Nalegong (sebuah daerah di Sumedang).

26 menit kemudian

Terlihat bis yg penuh dgn penumpang. Aku pun naik dengan gratis. Tentunya sambil berdiri karena tidak kebagian tempat duduk. Tak lama seseorang menoel ku dari belakang, ternyata si emang kondektur. Tanpa basa basi lagi kurogoh saku celanaku, ku ambil selembar uang lima ribu dan kuberikan padanya. Perjalanan yg kujalani ini sangatlah rumit dan berliku. Penuh dengan pengkolan & gajlugan. Aku pun tidak bisa diam, kuambil hp dan buka Facebook buat apdet status.

Tiba-tiba

orang yg duduk disampingku mabok (UTAH UGER) sialnya aboknya itu kena celanaku. Hadooh, Sabar sabar ngamuknya dalam hati saja. Aku pikir dia akan minta maaf, eh malah dingin-dingin saja. Maklumlah orang yang lagi pusing matak mabok juga. Sambil ngelapin celana yang kena abok huekkk. Sebel juga kepala jadi ikut pusing. Ngerokok dulu deh, untungnya bawa rokoknya pria. Sambil dinginin kepala ada yg komentar dalam hati "Hidup ini keras bung". Benar sekali hidup begitu keras, kita harus menjalaninya dengan ikhlas jangan banyak mengeluh. Tuh kan pahalanya langsung dapet tempat duduk. Dan pesbukan lagi, hingga tidak terasa sudah nyampe Nalegong.

Seperti biasa aku mampir dulu ke Warung Cai. Lalu aku kembali duduk, kali ini disamping Warung Tahu. Sambil ngerokok aku menunggu bis atau elf, angkot juga bisa untuk melanjutkan perjalananku. Beberapa elf telah lewat, aku menunggu yang kosong. Biar bisa duduk lah (padahal mh meh bisa sare). Atas izin Yang Maha Kuasa ada satu elf berhenti dan benar-benar kosong. Hanya ada dua orang penumpang, satu supir, dan satu kondektur. Bersama beberapa orang lainnya aku naik. Duduk sendiri di jok paling belakang. Dan ini yg aku tunggu . . .
ZzZzZ . . . ZzZzZ . . .

diketik dengan menggunakan tangan pada hape Nokia 6300 yang dibeungkeut karet dan keypad "back" hilang (jadi ngahapusna dicolok make korek api meunang mulung), di jok paling belakang elf jurusan Cirebon-Bandung...